Media Thaharah: Alat Bersuci dalam Islam
Media Thaharah: Alat Bersuci dalam Islam. Image generated by AI

Mengenal Media Thaharah: Alat Bersuci dalam Islam dan Pentingnya dalam Fiqh

Thaharah, atau bersuci, adalah bagian penting dari ibadah seorang Muslim. Ia bukan hanya sekadar kebersihan fisik, tetapi juga kesucian ritual yang menjadi syarat sahnya beberapa ibadah utama, seperti shalat dan thawaf. Memahami media thaharah, atau alat bersuci dalam Islam, merupakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki setiap Muslim agar dapat melaksanakan perintah agama dengan benar.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai media untuk thaharah berdasarkan pandangan ulama, khususnya seperti yang dijelaskan dalam salah satu kitab fiqh madzhab Syafi’i.

Sumber Media Thaharah dalam Fiqh

Kitab-kitab fiqh klasik banyak menjelaskan perihal thaharah secara rinci. Salah satunya adalah kitab Al Yaqut an Nafis. Pada halaman 9, kitab ini menjelaskan secara ringkas namun padat mengenai media bersuci dan tujuan-tujuannya. Berikut adalah redaksi ibarat lengkap dari kitab tersebut:

Redaksi Ibarat dari Al Yaqut an Nafis hlm. 9:

وسائل الطهارة ومقاصدها
للطهارة أربع وسائل، وأربعة مقاصد
فالوسائل؛ هي: الماء والتراب و الدابغ وحجر الاستنجاء

الماء: إذا كان مطلقاً

والتراب: إذا كان خالصاً غير مستعمل

والدابغ إذا كان حِرِّيفاً ينزع فضلات الجلد وعفونته؛ كالقرظ، وذرق الطير

وحجر الاستنجاء: إذا كان طاهراً ، قالعاً ، غير محترمٍ
أما الأواني، والاجتهاد ؛ الذي هو: بذل المجهود في تحصيل المقصود: فمن وسائل الوسائل
والمقاصد؛ هي: الوضوء والغسل وَالتيمم وإزالة النجاسة1


Dari ibarat di atas, jelas disebutkan bahwa thaharah memiliki empat sarana (media) utama dan empat tujuan. Penjelasan ini penting sebagai media pembelajaran thaharah yang merujuk pada sumber terpercaya.

Baca juga: Pengertian Fiqh: Memahami Hukum Islam dalam Kehidupan Sehari-hari Muslim

Empat Sarana Utama Media Thaharah

Berdasarkan teks Al Yaqut an Nafis, ada empat macam-macam media thaharah yang pokok digunakan dalam praktik bersuci. Masing-masing memiliki fungsi dan syarat penggunaannya:

Air sebagai Sarana Utama Thaharah

Air untuk thaharah adalah alat yang paling utama dan dasar. Hampir semua bentuk bersuci, baik dari hadas maupun najis, menggunakan air. Namun, tidak sembarang air suci bisa digunakan. Syarat utama air untuk thaharah adalah ia harus berupa air mutlak.

  • Air Mutlak/Air Suci: Ini adalah air yang murni, yang masih pada penciptaan asalnya (seperti air hujan, air sumur, air laut, air sungai, air embun, air es yang mencair) dan belum bercampur dengan najis, atau bercampur dengan benda suci lain dalam jumlah banyak sehingga mengubah nama atau sifat kemutlakannya. Kualitas air mutlak ini adalah syarat media thaharah yang paling penting untuk air.

Tanah atau Debu untuk Tayammum

Sarana kedua adalah tanah atau debu. Ini adalah media tayamum, yang digunakan sebagai alternatif air ketika air suci mensucikan tidak ada, terlalu sedikit, atau seseorang tidak bisa menggunakannya karena sakit. Penggunaan debu untuk tayamum atau tanah suci untuk tayamum juga memiliki syarat:

  • Murni dan Tidak Pernah Dipakai: Tanah atau debu tersebut harus khālisan (murni, tidak bercampur najis atau benda lain yang tidak seharusnya), dan belum pernah digunakan sebelumnya untuk tayammum. Ini adalah syarat media thaharah untuk tanah.

Bahan Penyamak untuk Kulit

Sarana ketiga adalah Bahan Penyamak (Dabigh). Ini adalah alat thaharah yang spesifik digunakan untuk membersihkan dan mensucikan kulit bangkai hewan yang tidak halal dimakan, agar kulit tersebut menjadi suci dan bisa dimanfaatkan.

  • Bersifat Kuat/Tajam: Bahan penyamak harus bersifat ḥirīfan, artinya kuat atau tajam dalam menghilangkan sisa-sisa daging, lemak, dan bau busuk pada kulit bangkai. Contoh yang diberikan dalam kitab adalah qaraẓ (polong akasia) dan kotoran burung, karena keduanya memiliki sifat kimiawi yang efektif untuk proses penyamakan.

Batu untuk Istinja

Sarana keempat adalah batu untuk Istinja. Ini digunakan untuk membersihkan sisa kotoran setelah buang air besar atau kecil, sebagai pengganti air atau sebelum menggunakan air dalam praktik istinja. Penggunaan batu untuk istinja juga memiliki beberapa syarat media thaharah:

  • Suci, Dapat Membersihkan, Tidak Dimuliakan syariat: Batu tersebut harus ṭāhiran (suci dari najis), qāli’an (memiliki permukaan yang dapat mengangkat atau melepaskan kotoran), dan ghayr muḥtaram (bukan benda yang dimuliakan dalam syariat, seperti makanan, tulang, atau benda berharga). Benda semakna dengan batu, seperti tisu kering, kayu kering, atau daun kering yang memenuhi syarat ini, juga bisa digunakan.

Sarana Pendukung (Wasail al-Wasail)

Selain empat sarana utama di atas, kitab ini juga menyebutkan adanya sarana dari sarana (wasail al-wasail). Ini adalah hal-hal yang mendukung penggunaan sarana utama, bukan sarana pensuci itu sendiri. Contohnya adalah bejana (tempat menyimpan atau menggunakan air, seperti ember atau gayung) dan ijtihad.

  • Ijtihad: Dalam konteks ini, ijtihad diartikan sebagai pengerahan upaya untuk mencapai tujuan bersuci, misalnya menentukan arah kiblat ketika akan bertayammum di tempat asing, atau mencari keberadaan air. Ijtihad mendukung proses bersuci, namun bukan bahan yang digunakan untuk menghilangkan najis atau hadas.

Tujuan dari Thaharah

Setelah memahami media thaharah, kita juga perlu tahu apa tujuan dilakukannya thaharah. Kitab Al Yaqut an Nafis menyebutkan empat tujuan utama thaharah:

  • Wudu (Wudhu): Bersuci dari hadas kecil. Dilakukan sebelum shalat, menyentuh mushaf, atau ibadah lain yang mensyaratkan suci dari hadas kecil. Menggunakan air untuk thaharah. Ini adalah bentuk bersuci dari hadas kecil.
  • Ghusl (Mandi Wajib): Bersuci dari hadas besar (seperti junub, haid, atau nifas). Dilakukan dengan meratakan air ke seluruh tubuh. Menggunakan air untuk thaharah. Ini adalah bentuk bersuci dari hadas besar.
  • Tayammum: Bersuci sebagai pengganti wudu atau ghusl menggunakan tanah/debu suci. Dilakukan dalam kondisi darurat ketiadaan air atau larangan menggunakan air. Menggunakan media tayamum. Ini juga bentuk bersuci dari hadas.
  • Menghilangkan Najis (Izalat al-Najāsah): Membersihkan benda, pakaian, atau badan dari najis (kotoran yang menghalangi sahnya ibadah, seperti darah, nanah, air kencing, kotoran). Menggunakan air atau sarana lain yang sesuai untuk membersihkan najis seperti debu untuk menghilangkan najis anjing dan babi. Ini adalah bentuk bersuci dari najis.

Pentingnya Memahami Media Thaharah yang Benar

Mempelajari alat bersuci dalam Islam secara tepat sangat fundamental. Pemahaman yang benar mengenai syarat media thaharah memastikan bahwa praktik wudhu, mandi wajib, tayamum, dan istinja yang kita lakukan sah di mata syariat.

Penggunaan media pembelajaran thaharah yang merujuk pada sumber-sumber terpercaya, seperti kitab-kitab fiqh, akan membimbing kita dalam menjalankan ibadah bersuci dengan benar, sehingga ibadah-ibadah utama kita dapat diterima.

Memastikan penggunaan air mutlak atau air suci untuk wudu dan mandi wajib, memahami cara tayamum dengan debu untuk tayamum yang suci, serta mengetahui syarat batu untuk istinja atau benda semakna dengan batu adalah bagian dari menjalankan ajaran Islam dengan penuh kesadaran.

  1. Aḥmad ibn ʿUmar al-Shāṭirī al-Ḥusaynī, al-Yāqūt al-Nafīs fī Madhhab Ibn Idrīs (al-Maktabah al-Shāmilah al-Dhahabiyyah, digital text). ↩︎