Wudhu adalah salah satu cara bersuci dari hadas kecil yang kita lakukan sebelum menunaikan salat. Selain memenuhi rukun wudhu agar sah, terdapat berbagai amalan sunnah wudhu yang sangat baik untuk dikerjakan. Melaksanakan kesunnatan wudhu ini tidak hanya akan menambah pahala, tetapi juga menjadikan wudhu kita lebih sempurna.
Banyak umat Muslim yang bertanya, apa saja sunnah wudhu yang bisa diamalkan? Artikel ini akan menyajikan daftar sunnah wudhu secara rinci, dari awal hingga akhir, dengan merujuk pada penjelasan ulama. Mari kita pahami bersama macam macam sunnah wudhu agar ibadah kita semakin baik.
Amalan Sebelum Memulai Wudhu
Sebelum air pertama menyentuh kulit anggota fardhu wudhu, ada beberapa persiapan yang termasuk dalam sunnah sunnah wudhu yang dianjurkan.
1. Bersiwak atau Menggosok Gigi
Salah satu sunnah yang sangat ditekankan adalah bersiwak. Sunnah siwak wudhu berarti membersihkan area mulut dan gigi sebelum wudhu dimulai. Tujuannya adalah agar mulut menjadi bersih dan segar ketika kita hendak menghadap Allah SWT dalam ibadah salat. Dalam kitab al-Muqaddimah al-Ḥaḍramiyyah disebutkan:
“وسننه السِّوَاك”
Artinya: “Dan sunnah-sunnahnya (wudu) adalah bersiwak.”
Menggunakan kayu siwak adalah yang utama, namun jika tidak tersedia, sikat gigi modern pun dapat menggantikannya.
2. Membaca Basmalah (Tasmiyah)
Amalan berikutnya adalah membaca Tasmiyah atau Basmalah. Sunnah membaca bismillah sebelum wudhu adalah dengan mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” atau minimal “Bismillah”. Hal ini dilakukan bersamaan dengan niat dan saat pertama kali membasuh kedua telapak tangan, sebagaimana disebutkan:
“ثمَّ التَّسْمِيَة مقرونة بِالنِّيَّةِ مَعَ أول غسل الْكَفَّيْنِ”
Artinya: “Kemudian membaca basmalah (mengucapkan Bismillāh) bersamaan dengan niat pada saat pertama kali membasuh kedua telapak tangan.”
Jika seseorang lupa basmalah wudhu di awal, ia masih bisa membacanya di tengah-tengah atau sebelum wudhunya selesai dengan mengucapkan:
“فَإِن ترك التَّسْمِيَة فِي أَوله وَلَو عمدا أَتَى بهَا قبل فَرَاغه فَيَقُول بِسم الله أَوله وَآخره”
Artinya: “Maka jika ia meninggalkan membaca basmalah di awalnya, meskipun sengaja, ia membacanya (di tengah-tengah proses wudhu) sebelum selesai, dengan mengucapkan Bismillāhi awwalahu wa ākhirahu (Dengan nama Allah di awal dan di akhirnya).”
Kombinasi bacaan niat wudhu dan basmalah menjadi permulaan yang baik untuk proses bersuci ini. Disunnahkan juga melafalkan niat dan menghadirkan niat tersebut sepanjang wudu.
Tata Cara Wudhu Sunnah Saat Pelaksanaan
Setelah melakukan persiapan awal, berikut adalah tata cara wudhu sunnah saat melakukan berbagai basuhan dan usapan.
3. Membasuh Kedua Telapak Tangan
Sunnah membasuh tangan sebelum wudhu dilakukan hingga bagian pergelangan tangan. Lalu, cuci tangan sebelum wudhu berapa kali? Dianjurkan untuk melakukannya sebanyak tiga kali. Kitab al-Muqaddimah al-Ḥaḍramiyyah menyebutkan:
“ثمَّ غسل الْكَفَّيْنِ”
Artinya: “Kemudian membasuh kedua telapak tangan.”
Kesunnatan ini berkaitan dengan hukum cuci tangan wudhu setelah tidur. Jika tidak yakin akan kesucian kedua telapak tangan, dimakruhkan mencelupkannya langsung ke dalam wadah air yang sedikit sebelum membasuhnya terlebih dahulu tiga kali di luar wadah:
“فَإِن لم يتَيَقَّن طهرهما كره غمسهما فِي المَاء الْقَلِيل ومائع قبل غسلهمَا ثَلَاث مَرَّات”
Artinya: “Maka jika ia tidak yakin akan kesucian kedua telapak tangannya, dimakruhkan mencelupkannya ke dalam air yang sedikit atau cairan (lainnya) sebelum membasuhnya tiga kali.
Membasuh pergelangan tangan wudhu ini bertujuan membersihkan tangan yang akan digunakan untuk mengambil air bagi anggota wudhu lainnya.
4. Berkumur (Madmadhah) dan Memasukkan Air ke Hidung (Istinsyaq)
Sunnah berkumur wudhu atau madmadhah wudhu adalah memasukkan air ke dalam mulut, menggerak-gerakkannya, lalu membuangnya. Ini dianjurkan untuk dilakukan sebanyak tiga kali. Setelah itu, dilanjutkan dengan Memasukkan Air ke Hidung (Istinsyaq) dan Mengeluarkannya (Istintsar).
“ثمَّ الْمَضْمَضَة ثمَّ الِاسْتِنْشَاق”
Artinya: “Kemudian berkumur-kumur, kemudian istinysāq (memasukkan air ke hidung).”
Cara berkumur saat wudhu yang lebih utama adalah menggabungkannya dengan istinsyaq. Cara berkumur dan istinsyaq bersamaan adalah dengan mengambil satu cidukan untuk kumur dan hidung. Sebagian air dari cidukan itu digunakan untuk berkumur, dan sisanya dihirup ke hidung. Proses ini diulang tiga kali.
“وَالْأَفْضَل الْجمع بِثَلَاث غرفات يتمضمض من كل غرفَة ثمَّ يستنشق بباقيها”
Artinya: “Dan yang lebih utama adalah menggabungkan (berkumur dan istinysāq) dengan tiga cidukan air; dari setiap cidukan ia berkumur kemudian melakukan istinysāq dengan sisa airnya.”
Bagi yang tidak berpuasa, disunnahkan untuk bersungguh-sungguh saat berkumur dan istinsyaq.
5. Menyela-nyelai Jenggot (Takhlil al-Lihyah) dan Jari-jemari (Takhlil al-Asabi’)
Bagi pria yang memiliki jenggot tebal, disunnahkan untuk Menyela-nyelai Jenggot (Takhlil al-Lihyah) agar air sampai ke kulit. Selain itu, ada juga sunnah Menyela-nyelai Jari-jemari Tangan dan Kaki (Takhlil al-Asabi’). Untuk tangan, caranya dengan menyilangkan jari-jari (tasybik).
“وتخليل أَصَابِع الْيَدَيْنِ بالتشبيك”
Artinya: “Dan menyela-nyela jari-jari kedua tangan dengan cara tasybīk (menjalinkan jari).” Untuk kaki, disunnahkan menggunakan jari kelingking tangan kiri untuk membersihkan sela-sela jari kaki, dimulai dari kelingking kanan hingga kelingking kiri.
“وأصابع الرجلَيْن بخنصر الْيَد الْيُسْرَى من أَسْفَل خنصر الْيُمْنَى إِلَى خنصر الْيُسْرَى”
Artinya: “Dan (menyela-nyela) jari-jari kedua kaki dengan jari kelingking tangan kiri, dimulai dari bagian bawah kelingking kaki kanan hingga kelingking kaki kiri.”
6. Mengusap Seluruh Kepala dan Kedua Telinga
Meskipun rukun wudhu hanya mengusap sebagian kepala, sunnahnya adalah mengusap seluruh kepala.
“وَمَسح جَمِيع الرَّأْس”
Artinya: “Dan mengusap seluruh kepala.”
Setelah itu, dilanjutkan dengan mengusap kedua telinga (luar dan dalam) menggunakan air yang baru, bukan sisa air dari usapan kepala, termasuk membersihkan lubang telinga.
“ثمَّ مسح الْأُذُنَيْنِ ظاهرهما وباطنهما بِمَاء جَدِيد وصماخيه بِمَاء جَدِيد”
Artinya: “Kemudian mengusap kedua telinga, bagian luar dan dalamnya, dengan air yang baru, dan (mengusap) kedua lubang telinganya dengan air yang baru.”
7. Mendahulukan Kanan (Tayamun) dan Mengulang Tiga Kali (Tatslits)
Mendahulukan anggota tubuh bagian kanan (tayamun) adalah sunnah penting lainnya. Saat membasuh tangan dan kaki, mulailah dari bagian kanan terlebih dahulu, baru kemudian bagian kiri.
“والتيامن”
Artinya: “Dan al-tayāmun (mendahulukan yang kanan).”
Selanjutnya, melakukan basuhan/usapan sebanyak tiga kali (tatslits) juga merupakan sunnah. Setiap basuhan wajib (wajah, tangan, kaki) dan usapan sunnah diulang tiga kali untuk kesempurnaan.
“وتثليث كل من الْغسْل وَالْمسح والتخليل”
Artinya: “Dan melakukan tiga kali pada setiap basuhan, usapan, dan takhlīl (menyela-nyela).”
8. Menggosok Anggota Wudhu (Ad-Dalk) dan Melebihkan Basuhan (Ithalatul Ghurrah wat Tahjil)
Saat membasuh, dianjurkan untuk menggosok anggota wudhu (Ad-Dalk). Ini bukan sekadar mengalirkan air, tetapi juga menggosoknya dengan tangan agar lebih bersih dan merata.
“ودلك الْعُضْو”
Artinya: “Dan menggosok anggota (wudu).”
Ada juga sunnah melebihkan basuhan (Ithalatul Ghurrah wat Tahjil). Artinya, saat membasuh wajah, lebihkan sedikit basuhan hingga ke bagian depan kepala. Saat membasuh tangan dan kaki, lebihkan sedikit basuhan hingga melewati siku dan mata kaki.
“وإطالة غرته وتحجيله”
Artinya: “Dan melebihkan basuhan pada ghurrah (wajah) dan tahjīl (tangan dan kaki).”
Adab Lain untuk Wudhu yang Sempurna
9. Kontinyu (Muwalat), Hemat Air, dan Menghadap Kiblat
- Kontinyu dalam Melakukan wudhu (Muwalat): Lakukan rangkaian wudhu tanpa jeda yang lama hingga anggota wudhu sebelumnya kering.
“والتتابع”
Artinya: “Dan al-tatābu’ (berkesinambungan/berturut-turut).” - Menghemat Penggunaan Air: Gunakan air secukupnya dan jangan berlebihan. Dianjurkan agar air yang digunakan tidak kurang dari satu mud.
“وَأَن لَا ينقص مَاؤُهُ عَن مد”
Artinya: “Dan hendaknya air (yang digunakan untuk wudu) tidak kurang dari satu mud.” - Menghadap Kiblat Saat Berwudhu: Jika memungkinkan, lakukan wudhu sambil menghadap kiblat.
“والاستقبال”
Artinya: “Dan menghadap kiblat.”
Sunnah lainnya termasuk tidak meminta bantuan orang lain untuk menuangkan air kecuali ada uzur, tidak mengibaskan air secara berlebihan, tidak mengeringkan anggota wudu dengan kain kecuali ada kebutuhan, menggerakkan cincin, memulai membasuh wajah dari bagian atas, dan memulai membasuh tangan serta kaki dari ujung jari.
10. Membaca Doa Setelah Wudhu
Setelah menyelesaikan semua rangkaian wudhu, sempurnakan dengan membaca doa setelah wudhu. Ini adalah penutup yang indah dari proses bersuci kita. Al-Muqaddimah al-Ḥaḍramiyyah menyebutkan:
“وَأَن يَقُول بعده أشهد أَن لَا إِلَه إِلَّا الله وَحده لَا شريك لَهُ وَأشْهد أَن مُحَمَّدًا عَبده وَرَسُوله اللَّهُمَّ اجْعَلنِي من التوابين واجعلني من المتطهرين واجعلني من عِبَادك الصَّالِحين 1سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِك أشهد أَن لَا إِلَه إِلَّا أَنْت أستغفرك وَأَتُوب إِلَيْك”
Berikut adalah bacaan doa setelah wudhu:
Teks Arab:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ وَاجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِك أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
Latin: Asyhadu an lā ilāha illallāh wahdahū lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhū wa rasūluh. Allāhummaj’alnī minat tawwābīna waj’alnī minal mutathahhirīn, waj’alnī min ‘ibādikas shālihīn. Subhānakallāhumma wa bihamdika asyhadu an lā ilāha illā anta astaghfiruka wa atūbu ilaik.
Terjemahan: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang suci, dan jadikanlah aku termasuk hamba-hamba-Mu yang saleh. Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.”
Dengan menjalankan berbagai amalan sunnah wudhu ini, wudhu kita tidak lagi sekadar rutinitas penggugur kewajiban, tetapi menjadi sebuah ibadah yang penuh dengan makna, keutamaan, dan pahala.
- ʿAbd Allāh ibn ʿAbd al-Raḥmān Bā Faḍl al-Ḥaḍramī al-Saʿdī al-Madhḥijī, al-Muqaddimah al-Ḥaḍramiyyah (Masāʾil al-Taʿlīm), ed. Mājid al-Ḥamawī (Dimashq: al-Dār al-Muttaḥidah, 1992), 29-32. ↩︎