Dalam ajaran Islam, setiap tindakan, termasuk yang paling pribadi seperti buang hajat, memiliki adab dan doa yang menyertainya. Adab ini bukan hanya tentang kebersihan fisik, tetapi juga kebersihan hati dan perlindungan spiritual. Memahami dan mengamalkan doa-doa ini adalah cara kita menghubungkan setiap aspek kehidupan dengan kesadaran akan Allah. Artikel ini akan membahas secara lengkap doa masuk toilet, doa keluar toilet, dan doa setelah istinja, lengkap dengan tulisan Arab, Latin, arti, serta referensi dari kitab rujukan.
Pentingnya Adab dan Doa di Kamar Mandi
Kamar mandi atau tempat buang hajat seringkali dianggap sebagai tempat yang kurang suci atau bahkan disenangi oleh jin dan setan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah saat masuk dan keluar dari tempat tersebut. Selain itu, proses bersuci (istinja) juga diikuti dengan doa yang bertujuan untuk membersihkan diri tidak hanya secara fisik, tetapi juga hati dari penyakit spiritual.
Adab ini menunjukkan betapa Islam memperhatikan detail kehidupan Muslim, menjadikan setiap aktivitas sebagai kesempatan untuk berzikir dan mengingat Allah. Ini adalah bentuk pengingat bahwa kebersihan sejati mencakup lahir dan batin, dan bahwa perlindungan Allah selalu dibutuhkan dalam setiap langkah.
Doa Masuk Kamar Mandi dan Artinya
Sebelum melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi atau tempat buang hajat, ada doa yang dianjurkan untuk dibaca. Doa masuk toilet ini bertujuan untuk memohon perlindungan dari gangguan setan yang mungkin ada di tempat tersebut.
Doa dalam Bahasa Arab:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Doa masuk toilet dalam Transliterasi Latin:
Allahumma innii a’uudzu bika minal khubutsi wal khabaa’its.
Arti Doa:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”
Penjelasan Makna Doa Masuk Toilet
Doa ini adalah permohonan langsung kepada Allah untuk melindungi kita dari setan laki-laki (الخبث) dan setan perempuan (الخبائث). Tempat-tempat kotor atau terlarang dalam berzikir sering menjadi tempat tinggal atau persinggahan jin dan setan.
Baca juga: Pengertian Istinja | Pengertian Najis Secara Bahasa dan Istilah
Dengan membaca doa ini, kita secara tegas menyatakan bahwa kita berada di bawah perlindungan Allah, sehingga gangguan atau bisikan jahat dari makhluk-makhluk tersebut tidak dapat memengaruhi kita. Ini juga mengajarkan kita untuk selalu waspada dan meminta perlindungan Ilahi dalam setiap situasi.
Doa Keluar Toilet dan Artinya
Setelah selesai dari hajat dan keluar dari kamar mandi, ada doa yang dianjurkan untuk dibaca sebagai ungkapan syukur dan permohonan ampun.
Doa Keluar Toilet dalam Bahasa Arab:
غُفْرَانَكَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي
Doa Keluar Toilet dalam Transliterasi Latin:
Ghufraanaka. Alhamdulillahilladzii adzhaba ‘annil adzaa wa ‘aafaanii.
Arti Doa:
“Aku memohon ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran dariku dan menyehatkanku.”
Penjelasan Makna Doa Keluar Toilet
Doa ini mengandung dua elemen utama:
- “غُفْرَانَكَ” (Aku memohon ampunan-Mu): Ada beberapa penafsiran mengenai permohonan ampunan ini. Salah satunya adalah karena selama di dalam toilet, seseorang tidak dapat berzikir atau menyebut nama Allah.
Memohon ampunan di sini adalah bentuk pengakuan atas kelalaian (yang diizinkan) dalam berzikir. Penafsiran lain adalah sebagai bentuk rasa syukur atas kemudahan dalam buang hajat, yang merupakan nikmat besar dan seringkali luput dari perhatian. - “الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي” (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran dariku dan menyehatkanku): Bagian ini adalah ekspresi syukur yang mendalam. Proses buang hajat adalah fungsi vital tubuh. Jika terganggu, dapat menyebabkan sakit dan ketidaknyamanan. Dengan melafalkan doa ini, kita menyadari dan mensyukuri nikmat sehat dan kelancaran dalam proses eliminasi kotoran dari tubuh, sebuah karunia yang seringkali kita anggap remeh.
Doa Setelah Istinja: Membersihkan Diri, Menyucikan Hati
Setelah selesai dari buang hajat dan melakukan istinja (bersuci dengan air atau alat lain), ada satu doa lagi yang disunahkan. Doa ini sangat penting karena menghubungkan kebersihan fisik dengan kebersihan spiritual.
Doa Setelah Istinja dalam Bahasa Arab:
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ فَرْجِي مِنَ الْفَوَاحِشِ
Doa Setelah Istinja dalam Transliterasi Latin:
Allahumma thohhir qalbii minannifaaqi wa hashshin farjii minal fawaahisy.
Arti Doa:
“Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan dan jagalah kemaluanku dari perbuatan keji.”
Doa Istinja untuk Kebersihan Hati dari Nifak
Bagian pertama dari doa ini, “اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ” atau “Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan“, adalah inti dari doa ini. Setelah membersihkan diri dari najis fisik, kita memohon agar Allah membersihkan hati kita dari nifak (kemunafikan).
Nifak adalah penyakit hati yang berbahaya, di mana seseorang menampilkan kebaikan di luar namun menyembunyikan keburukan di dalam, atau tidak sejalan antara ucapan dan perbuatan.
Mengapa kita memohon perlindungan dari nifak setelah istinja? Ini mengingatkan kita bahwa kebersihan sejati bukan hanya tentang ketiadaan najis fisik, melainkan juga ketiadaan penyakit batin. Hati yang bersih dari nifak adalah hati yang jujur, tulus, dan selaras antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.
Doa istinja untuk membersihkan hati dari nifak ini adalah langkah penting untuk menjaga kesucian batin kita, memastikan bahwa hati kita selalu murni dalam berinteraksi dengan Allah dan sesama manusia. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa kekuatan kita terbatas dan hanya Allah yang mampu membersihkan hati kita dari penyakit ini.
Doa Istinja untuk Menjauhkan dari Perbuatan Keji
Bagian kedua dari doa ini adalah “وَحَصِّنْ فَرْجِي مِنَ الْفَوَاحِشِ” atau “dan jagalah kemaluanku dari perbuatan keji“. Ini adalah permohonan yang sangat penting untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri. Fawahiys (الفواحش) merujuk pada segala perbuatan yang sangat keji atau dosa besar, khususnya yang berkaitan dengan zina dan hal-hal yang melanggar norma kesusilaan. Dalam Islam, menjaga kemaluan dari perbuatan keji adalah perintah Allah yang sangat ditekankan. Ini adalah bagian dari menjaga kehormatan diri dan masyarakat.
Mengapa doa istinja untuk menjauhkan dari perbuatan keji ini penting? Karena istinja adalah tindakan yang sangat pribadi, berkaitan dengan organ intim. Oleh karena itu, momen ini adalah waktu yang tepat untuk memohon kepada Allah agar senantiasa menjaga kita dari godaan hawa nafsu dan perbuatan maksiat yang bisa mengotori kehormatan diri.
Permohonan ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesucian tidak hanya dari najis fisik, tetapi juga dari dosa-dosa besar yang bisa merusak martabat seorang Muslim.
Sebagai informasi, adab dan doa-doa ini diambil dari banyak kitab fiqih klasik, salah satunya adalah Kitab I’anatuth Thalibin ‘ala Halli Alfazh Fathil Mu’in. Kitab ini adalah syarah (penjelasan) dari Kitab Fathul Mu’in, sebuah karya penting dalam mazhab Syafi’i.
Redaksi lengkap yang menjadi rujukan adalah:
وأن يقول عند دخوله: اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث. والخروج: غفرانك، الحمد لله الذي أذهب عني الاذى وعافاني. وبعد الاستنجاء: اللهم طهر قلبي من النفاق وحصن فرجي من الفواحش1
Kesimpulan
Mengamalkan doa istinja dan artinya, termasuk doa masuk dan keluar toilet, adalah bagian integral dari kesucian seorang Muslim. Doa-doa ini tidak hanya menyempurnakan kebersihan fisik kita, tetapi juga berperan sebagai pengingat konstan untuk menjaga kebersihan hati dari kemunafikan dan melindungi diri dari perbuatan keji.
Dengan memahami doa istinja arab latin dan artinya, kita memperkuat hubungan spiritual kita dengan Allah, menyadari bahwa setiap aspek kehidupan, bahkan yang paling sederhana sekalipun, adalah kesempatan untuk beribadah dan memohon keberkahan-Nya. Mari kita jadikan kebiasaan baik ini sebagai bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian kita, demi kesucian lahir dan batin.
- Abū Bakr (al-Mashhūr bi-al-Bakrī) ʿUthmān ibn Muḥammad Shaṭṭā ad-Dimyāṭī ash-Shāfiʿī, Iʿānat aṭ-Ṭālibīn ʿalā Ḥall Alfāẓ Fatḥ al-Muʿīn (Ḥāshiyah ʿalā Fatḥ al-Muʿīn bi-Sharḥ Qurrat al-ʿAyn bi-Muhimmat ad-Dīn), 1st ed. (Beirut: Dār al-Fikr, 1997), 1:132. ↩︎