Ilustrasi Menjaga Lingkungan Hidup dalam Islam

Menjaga Lingkungan Hidup dalam Islam: Mengapa Menanam Pohon Itu Bernilai Ibadah

Bumi ini adalah rumah bagi kita semua, tempat kita berpijak, tumbuh, dan beribadah. Namun, seringkali kita lupa bahwa menjaga lingkungan hidup bukan sekadar tren gaya hidup hijau, melainkan sebuah amanah besar dari Sang Pencipta. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dengan alam semesta.

Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan agar tetap asri dan layak huni bagi generasi mendatang? Jawabannya sebenarnya sudah ada dalam literatur Islam klasik sejak ribuan tahun lalu. Para ulama telah lama membahas cara menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari tanda syukur seorang hamba.

Mari kita lihat lebih dalam bagaimana Islam memandang upaya pelestarian lingkungan melalui salah satu hadits yang sangat kuat pesannya tentang produktivitas dan kepedulian terhadap alam.

Hadits Tentang Menanam Pohon: Semangat Produktivitas Tanpa Batas

Salah satu bukti terkuat bahwa Islam sangat peduli pada isu melestarikan lingkungan adalah adanya perintah untuk tetap menanam, bahkan jika dunia akan berakhir.

Berikut adalah naskah asli hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, sebagaimana tercantum dalam kitab At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir:

٢٦٥٣ – “إن قامت الساعة وفي يد أحدكم فسيلة فإن استطاع أن لا يقوم حتى يغرسها فليغرسها”. (حم خد وعبد) عن أنس.

(إن قامت الساعة وفي يد أحدكم فسيلة) بالفاء والمهملة أي نخلة صغيرة (فإن استطاع أن لا يقوم) من محله الذي هو قاعد فيه (حتى يغرسها فليغرسها) (فإن استطاع أن لا يقوم) من محله الذي هو قاعد فيه (حتى يغرسها فليغرسها ) قال الهيثمي: لعله أراد بقيام الساعة أماراتها فإنه قد ورد: “إذا سمع أحدكم بالدجال وفي يده فسيلة فليغرسها فإن للناس عيشا بعد”، والحاصل أنه مبالغة وحث على غرس الأشجار وحفر الأنهار لتبقى هذه الدار عامرة إلى آخر أمدها المحدود المعلوم عند خالقها، فكما غرس غيرك ما شبعت به فاغرس لمن يجيء بعدك. (حم خد) (١) وعبد)، كأن المراد عبد بن حميد (عن أنس)، قال الهيثمي: رجاله ثقات.

اه‍ التنوير شرح الجامع الصغير الجزء ٤ صحيفة 1٢٤١

Terjemahan: “Jika Kiamat terjadi, sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah fasilah (bibit kurma), maka jika ia mampu untuk tidak bangkit sampai ia menanamnya, maka hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan Abd bin Humaid).

Penjelasan Hadits: Mengapa Harus Tetap Menanam?

Dalam penjelasan kitab At-Tanwir, disebutkan bahwa kata fasilah berarti pohon kurma kecil atau bibit. Perintah ini mengandung makna yang sangat dalam. Imam Al-Haytsami menjelaskan bahwa yang dimaksud “terjadinya Kiamat” di sini bisa jadi adalah munculnya tanda-tandanya, seperti keluarnya Dajjal.

Pesan utamanya adalah optimisme. Melestarikan alam adalah tugas yang tidak boleh berhenti hanya karena kita merasa takut atau putus asa. Hadits ini adalah bentuk dorongan kuat (mubalaghah) untuk terus melakukan upaya menjaga lingkungan sampai batas waktu terakhir.

Ini mengajarkan kita prinsip estafet kebaikan: “Sebagaimana orang lain telah menanam apa yang membuatmu kenyang, maka tanamlah untuk orang yang datang setelahmu.” Jadi, salah satu cara melestarikan lingkungan adalah dengan berpikir jauh ke depan, bukan hanya untuk keuntungan sesaat.

Mengapa Menjaga Kelestarian Lingkungan Itu Wajib?

Dalam Islam, manusia diciptakan sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi. Peran ini menuntut tanggung jawab besar untuk mengelola, bukan merusak. Menjaga kelestarian lingkungan adalah konsekuensi dari keimanan kita.

Kerusakan di darat dan di laut seringkali terjadi karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, cara melestarikan alam harus dimulai dari kesadaran diri sendiri bahwa setiap pohon yang kita tebang dan setiap sampah yang kita buang akan dimintai pertanggungjawabannya.

Ketika kita aktif melestarikan lingkungan hidup, kita sebenarnya sedang menjaga keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Udara bersih, air jernih, dan tanah yang subur adalah nikmat Allah yang harus dijaga agar tidak hilang.

Langkah Praktis: Bagaimana Cara Menjaga Kelestarian Lingkungan Sesuai Tuntunan?

Setelah memahami dasarnya, kita perlu melakukan aksi nyata. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang bisa kita terapkan sehari-hari:

1. Gerakan Menanam dan Penghijauan

Seperti yang disinggung dalam hadits di atas, menanam pohon adalah amal jariyah. Salah satu cara melestarikan lingkungan adalah dengan memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah kita untuk ditanami. Tidak harus pohon besar, tanaman obat atau sayuran dalam pot pun sudah cukup membantu menyumbang oksigen.

Ini adalah contoh pelestarian lingkungan yang paling mudah namun berdampak besar. Pohon berfungsi menahan air tanah, mencegah longsor, dan meneduhkan pandangan. Bayangkan jika setiap Muslim menanam satu pohon, berapa banyak kebaikan yang tersebar di muka bumi?

2. Hemat Air dan Tidak Mencemari Sungai

Nabi Muhammad SAW pernah menegur sahabat yang berwudhu secara berlebihan, meskipun wudhu itu dilakukan di sungai yang mengalir. Ini menunjukkan bahwa cara menjaga kelestarian lingkungan juga mencakup penghematan sumber daya air.

Jangan membuang limbah rumah tangga sembarangan ke selokan atau sungai. Air adalah sumber kehidupan. Upaya pelestarian lingkungan di sektor air sangat krusial mengingat krisis air bersih mulai melanda banyak tempat.

3. Mengelola Sampah dengan Bijak

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Konsep ini sering kita dengar, tapi penerapannya butuh disiplin. Menjaga lingkungan hidup berarti tidak membiarkan sampah menumpuk dan menjadi sumber penyakit.

Memilah sampah organik dan non-organik adalah langkah awal yang cerdas. Kita bisa mengolah sampah organik menjadi kompos untuk menyuburkan tanaman yang kita tanam tadi. Ini menciptakan siklus melestarikan alam yang berkelanjutan di rumah sendiri.

Membangun Warisan untuk Masa Depan

Upaya menjaga lingkungan bukan pekerjaan satu malam. Ini adalah komitmen seumur hidup. Ketika kita menanam pohon hari ini, mungkin kita tidak akan memakan buahnya besok. Tapi, anak cucu kita yang akan menikmatinya.

Inilah inti dari pesan hadits riwayat Anas bin Malik tadi. Melestarikan lingkungan hidup adalah tentang mewariskan bumi yang lebih baik, bukan bumi yang rusak dan gersang.

Kita perlu menanamkan pola pikir ini kepada anak-anak kita. Ajarkan mereka cara melestarikan alam sejak dini. Ajak mereka berkebun, ajarkan membuang sampah pada tempatnya, dan perkenalkan mereka pada keindahan ciptaan Allah.

Langkah Kecil Berdampak Besar

Menghadapi isu perubahan iklim dan kerusakan alam mungkin terasa berat jika dipikirkan sendiri. Tapi ingatlah, Islam mengajarkan kita untuk tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun. Menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah, apalagi menanam pohon yang memberi naungan bagi banyak makhluk.

Contoh pelestarian lingkungan tidak harus selalu berupa proyek raksasa. Mulailah dari hal sederhana:

  • Matikan lampu saat tidak dipakai.
  • Bawa botol minum sendiri untuk kurangi plastik.
  • Tanam satu bunga di pekarangan.

Semua tindakan ini adalah jawaban nyata atas pertanyaan bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan di tengah kesibukan kita. Mari kita niatkan setiap aktivitas menjaga bumi ini sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Jika Nabi saja memerintahkan menanam bibit saat tanda Kiamat sudah dekat, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menunda berbuat baik pada alam hari ini.

Catatan Kaki & Referensi

  1. Muhammad bin Ismā‘īl al-Amīr as-San‘ānī, at-Tanwīr Syarh al-Jāmi‘ ash-Shaghīr, tahqiq Muhammad Ishaq Muhammad Ibrahim, cet. 1 (Riyadh: Maktabah Dar as-Salam, 2011), juz 4, hlm. 241.
    ↩︎