Keutamaan Ibadah Haji: Rahasia Meraih Kesempurnaan Iman dan Pahala Berlimpah
Keutamaan Ibadah Haji. Image generated by AI

Keutamaan Ibadah Haji: Rahasia Meraih Kesempurnaan Iman dan Pahala Berlimpah

Ibadah haji, perjalanan suci menuju Baitullah di Makkah, adalah salah satu pilar utama dalam Islam. Lebih dari sekadar perjalanan fisik, haji merupakan perjalanan spiritual yang mendalam, menawarkan beragam keistimewaan haji dalam Islam dan manfaat ibadah haji yang tidak terhingga bagi setiap Muslim yang menjalankannya dengan tulus. Ini bukan sekadar rukun Islam kelima, melainkan juga kesempatan emas untuk membersihkan diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan meraih pahala haji mabrur yang dijanjikan.

Perjalanan Penebus Dosa dan Pembersih Jiwa

Salah satu keutamaan ibadah haji yang paling menonjol adalah kemampuannya untuk membersihkan dosa-dosa. Dalam kitab I’anatuth Thalibin, disebutkan:

واعلم أن فضائله لا تحصى. منها خبر: من جاء حاجا يريد وجه الله تعالى، فقد غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر، ويشفع فيمن دعا له

“Ketahuilah bahwa keutamaan-keutamaan haji itu tidak terhingga. Di antaranya hadis: ‘Barang siapa datang berhaji karena mengharapkan rida Allah Ta’ala, sungguh telah diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, dan ia akan memberi syafaat kepada siapa saja yang ia doakan’.”

Ini sebuah janji agung yang menunjukkan betapa besar rahmat Allah bagi hamba-Nya yang berhaji dengan niat murni. Hadis ini menegaskan bahwa haji menghapus dosa secara menyeluruh, baik yang disengaja maupun yang tidak, yang sudah lampau maupun yang mungkin akan dilakukan di masa depan. Pengampunan dosa ini menjadi motivasi besar bagi umat Muslim untuk berupaya menunaikan ibadah mulia ini.

Namun, pengampunan ini datang dengan syarat penting: kebaikan akhlak. Dalam kitab yang sama, disebutkan:

ومنها خبر: من قضى نسكه، وسلم الناس من لسانه ويده، غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر

“Dan di antaranya hadis: ‘Barang siapa telah menyelesaikan manasiknya (ibadah hajinya), dan manusia selamat dari lisan serta tangannya (tidak menyakiti), diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang’.”

Ini mengajarkan kita bahwa ibadah haji tidak hanya tentang ritual, tetapi juga tentang bagaimana seseorang membawa diri dan berinteraksi dengan sesama.

Seorang haji yang mabrur adalah ia yang tidak hanya benar dalam ibadahnya, tetapi juga baik dalam pergaulan sosialnya, tidak menyakiti orang lain dengan kata-kata atau perbuatan. Ini adalah wujud nyata dari amalan paling utama dalam Islam yang tidak hanya mendekatkan diri pada Allah tetapi juga memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

Setiap Langkah adalah Pahala

Dari saat seorang Muslim berniat dan mulai melangkahkan kaki menuju Tanah Suci, pahala haji mabrur sudah menanti. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Ibnu Umar, dalam I’anatuth Thalibin disebutkan:

وروى ابن حبان عن ابن عمر أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: إن الحاج حين يخرج من بيته لم يخط خطوة إلا كتب الله له بها حسنة، وحط عنه بها خطيئة

“Ibnu Hibban meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Nabi ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya seorang haji ketika keluar dari rumahnya, tidaklah ia melangkahkan satu langkah pun melainkan Allah akan menuliskan baginya satu kebaikan dan menghapuskan satu kesalahan darinya’.”

Ini adalah kabar baik yang menggembirakan. Setiap upaya, setiap pengorbanan kecil, dihitung dan diberi ganjaran oleh Allah. Perjalanan haji bukanlah perjalanan biasa; itu adalah perjalanan yang setiap detiknya dipenuhi berkah dan pahala haji mabrur.

Puncak Keutamaan di Arafah

Puncak dari keistimewaan haji dalam Islam terjadi di Padang Arafah. Pada hari wukuf, seluruh jamaah haji berkumpul dalam keadaan sederhana, kusut masai, dan berdebu, menunjukkan kerendahan hati di hadapan Allah. Pada momen ini, Allah membanggakan hamba-hamba-Nya di hadapan para malaikat.

Dalam I’anatuth Thalibin dijelaskan:

فإذا وقفوا بعرفات: باهى الله بهم ملائكته، يقول: انظروا إلى عبادي، أتوني شعثا غبرا، أشهدكم أني غفرت لهم ذنوبهم وإن كانت عدد قطر السماء ورمل عالج

“Apabila mereka berhenti di Arafah: Allah membanggakan mereka di hadapan para malaikat-Nya. Dia berfirman: ‘Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut masai dan berdebu. Aku bersaksi kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka, meskipun sebanyak tetesan air hujan di langit dan butiran pasir di daerah Alij (gurun pasir)’.”

Redaksi ibarat: “Seolah-olah di Padang Arafah, tirai pemisah antara langit dan bumi menipis, memungkinkan hamba-hamba Allah yang tawaduk disaksikan langsung oleh para malaikat, dengan Allah sendiri yang mengikrarkan pengampunan mereka, bagai samudera rahmat yang tak bertepi.”

Ini menunjukkan betapa besar rahmat dan ampunan Allah pada hari Arafah. Dosa-dosa yang mungkin sebanyak tetesan air hujan atau butiran pasir, dapat diampuni pada hari yang penuh berkah itu. Momen ini juga menjadi waktu terbaik untuk berdoa; doa mustajab saat haji sering kali diijabah pada hari wukuf di Arafah.

Ganjaran Setelah Ritual Haji

Setelah wukuf di Arafah, ada rangkaian ritual haji lainnya yang juga memiliki keutamaan ibadah haji yang besar. Dalam I’anatuth Thalibin disebutkan:

وإذا رمى الجمار: لم يدر أحد ما له حتى يتوفاه الله تعالى يوم القيامة، وإذا حلق شعره فله بكل شعرة سقطت من رأسه نور يوم القيامة

“Dan apabila ia melempar jumrah: tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan didapatkannya sampai Allah mewafatkannya pada hari Kiamat, dan apabila ia mencukur rambutnya, maka baginya setiap helai rambut yang jatuh dari kepalanya akan menjadi cahaya pada hari Kiamat.”

Pahala melempar jumrah begitu besar sehingga hanya Allah yang mengetahuinya secara pasti, dan akan diberikan sepenuhnya pada hari kiamat. Setiap helai rambut yang dipotong atau dicukur saat tahallul akan menjadi penerang bagi jamaah haji di hari perhitungan nanti.

Puncaknya, setelah menyelesaikan seluruh ritual, termasuk tawaf terakhir di Baitullah, seorang haji akan kembali dalam keadaan suci. Masih dalam I’anatuth Thalibin, dijelaskan:

فإذا قضى آخر طوافه بالبيت خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه

“Maka apabila ia menyelesaikan tawaf terakhirnya di Baitullah, ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan ibunya.”

Ini adalah janji ampunan dosa melalui haji yang menyeluruh, membersihkan diri dari segala noda, seolah-olah baru terlahir ke dunia.

Haji: Simbol Pengakuan Dosa dan Harapan Ampunan

Hikmah di balik kata “Hajj” itu sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Ibnu al-Imad dalam Kasyf al-Asrar sebagaimana dikutip dalam I’anatuth Thalibin memperdalam pemahaman kita tentang esensi ibadah ini.

وقال ابن العماد في كشف الأسرار: وحكمة تركب الحج من الحاء والجيم: الإشارة إلى أن الحاء من الحلم، والجيم من الجرم – فكأن العبد يقول: يا رب جئتك بجرمي – 1أي ذنبي – لتغفره بحلمك اه

“Dan Ibnu al-Imad berkata dalam Kasyf al-Asrar: ‘Hikmah dari susunan kata ‘Hajj’ (الحج) yang terdiri dari huruf ‘Ha’ (ح) dan ‘Jim’ (ج) adalah isyarat bahwa ‘Ha’ (ح) berasal dari kata ‘hilm’ (حلم – kesabaran/kemurahan hati), dan ‘Jim’ (ج) berasal dari kata ‘jarm’ (جرم – dosa/kejahatan). Seolah-olah seorang hamba berkata: ‘Ya Tuhan, aku datang kepada-Mu dengan dosaku (jarm) agar Engkau mengampuninya dengan kemurahan-Mu (hilm)’.”

Redaksi ibarat: “Maka, seolah-olah dalam setiap desah napas dan langkah di Tanah Suci, seorang hamba tengah bermunajat, melafazkan dalam diamnya: ‘Ya Tuhan, aku datang kepada-Mu dengan segala beratnya dosaku (jarm), memohon Engkau membersihkannya dengan keagungan sifat kemurahan-Mu (hilm).'”

Penafsiran ini menekankan bahwa haji adalah perjalanan pengakuan dosa dan permohonan ampunan. Ini adalah saat di mana seorang hamba berserah diri sepenuhnya, mengakui kelemahan dan kesalahan, serta berharap penuh pada kemurahan Allah. Ini adalah esensi sejati dari ibadah ini, menjadikannya amalan paling utama dalam Islam yang sarat makna.

Haji Mabrur: Menuju Surga

Selain pengampunan dosa, pahala haji mabrur adalah surga. Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga.” Ini adalah janji tertinggi bagi mereka yang menjalankan ibadah haji dengan sempurna dan sesuai tuntunan. Haji dan pahala surga adalah dua hal yang tak terpisahkan bagi seorang haji yang mabrur.

Penutup

Keutamaan ibadah haji tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari setiap langkah menuju Tanah Suci, wukuf di Arafah, hingga ritual-ritual lainnya, semua mengandung janji ampunan dosa, pahala melimpah, dan surga. Sebagai rukun Islam kelima dan keutamaannya, haji adalah panggilan yang mendalam bagi setiap Muslim yang mampu untuk meraih kesucian diri dan kedekatan dengan Sang Pencipta. Manfaat ibadah haji tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga berkelanjutan hingga akhirat, menjanjikan pahala haji mabrur yang tiada tara.

Apakah Anda sudah merencanakan perjalanan haji Anda?

  1. Abū Bakr (al-Mashhūr bi-al-Bakrī) ʿUthmān ibn Muḥammad Shaṭṭā ad-Dimyāṭī ash-Shāfiʿī, Iʿānat aṭ-Ṭālibīn ʿalā Ḥall Alfāẓ Fatḥ al-Muʿīn, 1st ed. (Beirut: Dār al-Fikr, 1997), 2:310. ↩︎