Sabtu atau Ahad? Mengungkap Hari Pertama dalam Seminggu Menurut Ajaran Islam
Ilustrasi Gambar Hari Pertama dalam Seminggu Menurut Ajaran Islam. Made by AI

Sabtu atau Ahad? Mengungkap Hari Pertama dalam Seminggu Menurut Ajaran Islam

Pernahkah Anda bertanya-tanya, hari pertama dalam seminggu adalah hari apa? Dalam kalender modern yang kita gunakan sehari-hari, banyak yang menganggap Senin sebagai awal dari pekan kerja. Namun, dalam konteks ajaran Islam, pertanyaan ini memiliki jawaban yang lebih dalam dan didasarkan pada dalil-dalil dari hadis serta analisis para ulama.

Perbincangan mengenai hari permulaan minggu Islam bukanlah hal baru. Ternyata, ada dua pandangan utama di kalangan ahli fiqih yang membahas apakah pekan dimulai pada hari Sabtu atau Ahad. Memahami perdebatan ini membuka wawasan kita tentang bagaimana urutan hari dalam Islam ditentukan dan apa makna di baliknya. Mari kita lihat lebih dekat kedua pandangan ini.

Dua Pandangan Utama: Sabtu vs. Ahad

Diskusi mengenai hari pertama dalam satu minggu adalah topik yang kaya dalam literatur Islam. Dua pendapat yang muncul sama-sama memiliki dasar argumen yang kuat, yang satu bersumber dari hadis tentang penciptaan, dan yang lainnya dari analisis kebahasaan.

Pendapat Pertama: Sabtu sebagai Hari Permulaan Minggu Islam

Pandangan pertama menyatakan bahwa hari pertama adalah hari Sabtu. Pendapat ini didasarkan pada sebuah hadis sahih yang menjelaskan tentang hari penciptaan menurut Islam. Dalil utama untuk pandangan ini berasal dari sebuah hadis yang tercatat dalam kitab-kitab klasik, seperti yang dijelaskan dalam kitab Asna al-Mathalib juz 1 halaman 581:

قال النووي في مجموعه ومما يدل على أن يوم الجمعة آخر الأسبوع ويوم السبت أوله خبر مسلم عن أبي هريرة قال «أخذ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – بيدي فقال خلق الله التربة يوم السبت وخلق فيها الجبال يوم الأحد وخلق فيها الشجر يوم الاثنين وخلق المكروه يوم الثلاثاء وخلق النور يوم الأربعاء وبث فيها الدواب يوم الخميس وخلق آدم بعد العصر من يوم الجمعة في آخر الخلق في آخر ساعة من النهار فيما بين العصر والليل1»

Terjemahan:

Imam an-Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Dan di antara dalil yang menunjukkan bahwa hari Jumat adalah akhir pekan dan hari Sabtu adalah awalnya adalah hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ia berkata: ‘Rasulullah ﷺ memegang tanganku lalu bersabda:

«Allah menciptakan tanah (at-turbah) pada hari Sabtu, Dia menciptakan gunung-gunung di dalamnya pada hari Ahad, Dia menciptakan pepohonan di dalamnya pada hari Senin, Dia menciptakan hal-hal yang tidak disukai (al-makruh) pada hari Selasa, Dia menciptakan cahaya (an-nur) pada hari Rabu, Dia menebarkan hewan-hewan melata (ad-dawab) di dalamnya pada hari Kamis, dan Dia menciptakan Adam setelah Ashar pada hari Jumat…».'”

Hadis ini secara jelas merinci kronologi awal penciptaan dunia menurut Islam yang dimulai pada hari Sabtu. Karena penciptaan tanah sebagai fondasi bumi terjadi pada hari Sabtu, para ulama yang memegang pendapat ini menyimpulkan bahwa Sabtu adalah hari pertama. Dengan demikian, hari Jumat menjadi penutup pekan, ditandai dengan penciptaan manusia pertama, Nabi Adam ‘alaihissalam.

Pendapat Kedua: Hari Ahad adalah Awal Pekan

Di sisi lain, ada pandangan kuat yang menyebutkan bahwa hari Ahad adalah awal dari pekan. Argumen ini tidak bersandar pada hadis penciptaan, melainkan pada analisis linguistik atau kebahasaan dari nama hari dalam Islam.

Logikanya sangat mudah diikuti. Mari kita lihat nama-nama hari dalam seminggu menurut bahasa Arab:

  • Al-Ahad (الأحد): Berasal dari kata wahid (satu).
  • Al-Itsnain (الإثنين): Berasal dari kata itsnan (dua).
  • Ats-Tsulatsa (الثلاثاء): Berasal dari kata tsalatsah (tiga).
  • Al-Arbi’a (الأربعاء): Berasal dari kata arba’ah (empat).
  • Al-Khamis (الخميس): Berasal dari kata khamsah (lima).

Berdasarkan urutan ini, hari Ahad artinya dalam Islam secara harfiah adalah “hari yang pertama”. Jika hari Senin disebut sebagai “hari kedua”, maka logis jika hari sebelumnya, yaitu Ahad, adalah hari pertama. Makna hari Ahad menurut Islam dari sisi bahasa ini sangat jelas menempatkannya sebagai pembuka.

Pandangan ini juga dipegang oleh ulama besar seperti Imam al-Qaffal dan bahkan Imam an-Nawawi dalam beberapa karyanya yang lain. Bagi banyak umat Muslim, pemahaman tentang hari Minggu dalam Islam seringkali merujuk pada hari Ahad sebagai hari pertama ini.

Menilik Nama-Nama Hari dalam Islam dan Bahasa Indonesia

Keterkaitan antara penamaan hari dalam bahasa Arab dan Indonesia sangat erat. Sebagian besar nama-nama hari dalam bahasa Indonesia merupakan serapan langsung dari bahasa Arab, yang semakin memperkuat argumen linguistik di atas.

  • Ahad (dari Al-Ahad)
  • Senin (dari Al-Itsnain)
  • Selasa (dari Ats-Tsulatsa)
  • Rabu (dari Al-Arbi’a)
  • Kamis (dari Al-Khamis)
  • Jumat (dari Al-Jumu’ah, hari berkumpul)
  • Sabtu (dari As-Sabt, hari istirahat)

Melihat daftar ini, kita bisa melihat pola numerik yang jelas dari Ahad hingga Kamis, yang diadopsi ke dalam bahasa kita.

Implikasi Praktis dan Jalan Tengah

Mungkin Anda bertanya, apa gunanya mengetahui perbedaan pendapat ini? Pengetahuan ini memiliki aplikasi praktis, terutama dalam urusan ibadah seperti nazar (janji kepada Allah).

Bayangkan seseorang bernazar, “Saya akan berpuasa di akhir pekan.”

  • Jika pekan dimulai Sabtu, akhir pekan adalah Jumat.
  • Jika pekan dimulai Ahad, akhir pekan adalah Sabtu.

Untuk menghindari keraguan dan memastikan nazarnya terpenuhi, ulama seperti Imam al-Zarkasyi memberikan solusi. Beliau menyarankan agar orang tersebut berpuasa pada hari Jumat dan Sabtu. Dengan cara ini, ia telah mencakup kedua kemungkinan “akhir pekan” dan tanggungannya gugur secara yakin. Ini adalah contoh sikap kehati-hatian dalam menjalankan ajaran agama.

Jadi, Mana yang Benar?

Setelah melihat kedua argumen, lalu mana yang lebih kuat? Banyak ulama, termasuk yang pandangannya dikutip dalam kitab Asna al-Mathalib, cenderung menguatkan pendapat pertama: Sabtu adalah hari pertama.

Alasannya, dalil yang digunakan adalah teks hadis langsung dari Nabi Muhammad ﷺ, yang merupakan sumber hukum utama. Sementara itu, pendapat kedua didasarkan pada analisis kebahasaan (ijtihad linguistik), yang secara hierarki dalil berada di bawah hadis.

Pada akhirnya, keberadaan dua pendapat ini menunjukkan betapa luas dan dalamnya khazanah keilmuan Islam. Keduanya berasal dari penalaran ulama yang dihormati. Hal terpenting bagi kita adalah memahami bahwa pertanyaan ” hari pertama dalam seminggu adalah…” memiliki jawaban yang kaya dan berlapis dalam tradisi Islam, yang mengajak kita untuk terus belajar dan menghargai perbedaan pandangan yang berbasis dalil.

  1. Zakariyā al-Anṣārī, Asnā al-Maṭālib fī Sharḥ Rawḍ al-Ṭālib, dengan ḥāsyiyah oleh Aḥmad al-Ramlī, disunting oleh Muḥammad az-Zuhrī al-Ghamrāwī (Kairo: al-Maṭbaʿah al-Maymānīyah, 1313 H; repr. Dār al-Kitāb al-Islāmī), juz 1, hlm. 581. ↩︎