Doa Nabi Yunus Dalam Perut Ikan dan Artinya
Ilustrasi Tasbih Nabi Yunus Dalam Perut Ikan. Image made by Gemini Banana

Doa Nabi Yunus Dalam Perut Ikan dan Artinya: Kunci Mustajab Segala Hajat

Pernahkah Anda merasa hidup sedang buntu? Masalah datang bertubi-tubi seolah tidak ada jalan keluar, persis seperti seseorang yang terkurung di tempat gelap dan sempit. Perasaan ini mirip dengan kisah Nabi Yunus AS saat terperangkap dalam perut ikan paus di dasar lautan. Namun, beliau selamat berkat sebuah zikir istimewa.

Banyak orang mencari doa nabi yunus dalam perut ikan dan artinya karena meyakini kedahsyatan kalimat ini. Bukan sekadar cerita lama, doa yunus adalah solusi spiritual bagi siapa saja yang sedang galau, sakit, atau punya keinginan besar.

Mari kita bedah tuntas bacaan doa nabi yunus, cara mengamalkannya, dan rahasia di baliknya berdasarkan penjelasan para ulama ahli tafsir dan hadis.

Bacaan Lengkap Doa Nabi Yunus (Arab, Latin, dan Terjemahan)

Doa yang dipanjatkan Nabi Yunus ketika didalam perut ikan adalah kalimat tauhid dan tasbih yang dipadu dengan pengakuan dosa. Doa nabi yunus disebutkan dalam surah Al-Anbiya ayat 87. Berikut adalah teks doa nabi yunus arab, latin, dan terjemahannya:

{لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ}

Doa nabi yunus latin:

La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin

Artinya:

“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”

Kalimat ini sering juga disebut sebagai dzikir dzun nun. Karena nama lain Nabi Yunus adalah Dzun Nun (Pemilik Ikan), sehingga doa ini melekat dengan julukan tersebut.

Mengapa Doa Nabi Yunus Mustajab?

Banyak yang bertanya, doa nabi yunus untuk apa sebenarnya? Apakah hanya untuk minta selamat dari bahaya? Ternyata fungsinya jauh lebih luas. Nabi Muhammad SAW menyebut ini sebagai Ismullah Al-A’zham (Nama Allah yang Agung).

Baca juga: Doa Nabi Muhammad untuk Terhindar dari Ain: Perlindungan dari Pandangan Jahat yang Nyata

Mari kita lihat penjelasan dari kitab Al-Bahr al-Madid karya Syaikh Ahmad bin Ajiba. Beliau menukil sebuah hadis tentang manfaat doa nabi yunus:

وعنه صلى الله عليه وسلم أنه قال: «اسم الله الذي إذا دعي به أجاب، وإذا سئل به أعطى: دعوة يونس بن متى، قيل: يا رسول الله، أليونس خاصة؟ قال: بل هي عامة 1لكل مؤمن، ألم تسمع قول الله تعالى: وكذلك ننجي المؤمنين» . اهـ البحر المديد

Artinya:

“Nama Allah yang apabila Dia diseru dengannya maka Dia akan menjawab, dan apabila Dia diminta dengannya maka Dia akan memberi, adalah doanya Yunus bin Matta. Seseorang bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah itu khusus untuk Yunus saja?’ Beliau menjawab: ‘Bahkan itu berlaku umum bagi setiap orang mukmin. Tidakkah engkau mendengar firman Allah Ta’ala: Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.'”

Jadi, doa nabi yunus mengandung jaminan keselamatan bagi kita semua, bukan hanya untuk sang Nabi.

Rahasia: Dzikir atau Doa?

Mungkin Anda bingung, kalimat ini isinya memuji Allah dan ketauhidan, bukan meminta sesuatu. Lalu kenapa disebut doa?

Dalam kitab At-Tanwir Syarah Al-Jami’ Ash-Shaghir, Imam Ash-Shan’ani menjelaskan logika di balik amalan doa nabi yunus ini.

فإن قيل هذا ذكر لا دعاء قلنا هو ذكر يفتح به الدعاء ثم يدعو بما شاء وهو كما ورد من شغله ذكري عن مسألتي أعطيته أفضل ما أعطي السائلين. اهـ التنوير2

Artinya:

“Jika ada yang berkata: ‘Ini adalah zikir, bukan doa?’ Maka kami jawab: ‘Ia adalah zikir pembuka doa, kemudian seseorang boleh berdoa apa saja. Hal ini sebagaimana riwayat: Barangsiapa sibuk berzikir mengingat-Ku hingga lupa meminta, Aku beri dia yang lebih baik dari permintaan para peminta.'”

Ini berarti, dzikir nabi yunus adalah “kunci pembuka”. Setelah membacanya, langit terbuka, dan hajat Anda lebih mudah sampai kepada Allah.

Waktu Terbaik Membaca Doa Nabi Yunus

Agar hasilnya maksimal, kita perlu tahu doa nabi yunus dibaca kapan saja. Berdasarkan riwayat para ulama, ada beberapa momen emas untuk melantunkan istighfar nabi yunus ini.

1. Saat Tertimpa Masalah Berat (Karb)

Jika Anda merasa dada sesak karena masalah hidup, khasiat doa nabi yunus sangat terasa di momen ini. Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar mencantumkan riwayat dari Sa’d bin Abi Waqqas:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ” إني لأعلم كلمة لا يقولها مكروب إلا فرج عنه: كلمة أخي يونس صلى الله عليه وسلم… “3

Artinya:

“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku tahu satu kalimat, tidaklah diucapkan oleh orang yang tertimpa kesusahan (مكروب) kecuali akan dilapangkan darinya: yaitu kalimat saudaraku Yunus…”

Maka, doa nabi yunus untuk hajat mendesak atau melepaskan diri dari lilitan hutang dan kesedihan sangatlah dianjurkan.

2. Ketika Sakit (Dibaca 40 Kali)

Bagi yang sedang sakit, ada anjuran khusus mengenai doa nabi yunus dibaca berapa kali. Dalam kitab I’anah at-Talibin disebutkan:

وورد أيضا: من قال: لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين – أربعين مرة – في مرضه فمات فيه، أعطي أجر شهيد، وإن برئ برئ مغفورا له.4

Artinya:

“Barangsiapa membaca ‘La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin’ sebanyak 40 kali saat sakit, lalu ia meninggal, maka ia diberi pahala syahid. Jika sembuh, ia sembuh dalam keadaan diampuni dosanya.”

Jadi, cobalah amalkan doa nabi yunus sebanyak 40 kali ketika kondisi tubuh sedang drop. Ini adalah paket lengkap: kesembuhan fisik dan kebersihan jiwa.

3. Saat Perjalanan (Turun Lembah)

Tahukah Anda bahwa dzikir nabi yunus juga berkaitan dengan adab perjalanan? Dalam kitab Minhat al-Bari Syarah Shahih Al-Bukhari, dijelaskan kebiasaan sahabat Nabi saat melewati jalan menurun.

(وإذا نزلنا) أي: إلى مكان منخفض [كواد] (سبحنا) أي: استنباطا من تسبيح يونس – عليه السلام – في بطن الحوت؛ لننجو من بطن الأودية كما نجي يونس بتسبيحه من بطن الحوت.5

Artinya:

“(Dan apabila kami menurun) maksudnya ke tempat rendah, (kami bertasbih). Hal ini diambil dari tasbih Nabi Yunus di perut ikan; agar kami selamat dari perut lembah sebagaimana Yunus selamat dari perut ikan.”

Filosofinya indah sekali. Saat kita berada di posisi “bawah” atau sedang turun, kita butuh perlindungan ekstra. Membaca tasbih adalah cara kita meminta penjagaan Allah.

4. Saat Bahaya Mengancam

Sejarah mencatat doa nabi yunus ketika dalam perut ikan ini juga menjadi pegangan para sahabat di detik-detik genting. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin merekam kisah Utsman bin Affan RA saat rumahnya dikepung:

أن عثمان حين ضرب والدماء تسيل على لحيته جعل يقول {لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين} اللهم إني أستعديك عليهم وأستعينك على جميع أموري…6

Artinya:

“Bahwa Utsman ketika dipukul dan darah mengalir di janggutnya, beliau terus mengucapkan ‘La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin’…”

Ini membuktikan bahwa arti doa nabi yunus begitu meresap di hati para sahabat sebagai perisai spiritual terakhir.

Cara Mengamalkan untuk Hajat Harian

Anda tidak perlu menunggu datangnya musibah besar untuk membaca ini. Jadikan bacaan doa nabi yunus sebagai wirid harian.

  1. Dzikir nabi yunus dibaca berapa kali?Selain anjuran 40 kali saat sakit, Anda bisa membacanya 100 kali setiap pagi atau petang, atau minimal dibaca setiap kali sujud dalam shalat (setelah bacaan sujud biasa).
  2. Fokus pada Makna:Saat mengucapkan la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin arab, resapi maknanya. Akui bahwa Allah Maha Suci dan kita banyak salah.
  3. Tutup dengan Permintaan:Setelah hati terasa lapang berkat zikir ini, sampaikanlah keinginan Anda. Entah itu jodoh, rezeki, atau ketenangan hati.

Baca juga: Keutamaan Kalimat Hauqolah: Manfaat dan Keajaiban Dzikir La Haula Wala Quwwata Illa Billah

Kesimpulan

Doa nabi yunus dalam perut ikan bukan sekadar mantra ajaib. Ia adalah pengakuan jujur seorang hamba di hadapan Penciptanya. Dengan kombinasi tauhid, tasbih, dan istighfar, doa ini mampu menembus langit dan mengubah takdir buruk menjadi keselamatan.

Mulai hari ini, mari kita basahi lisan dengan doa nabi yunus di perut ikan ini. Semoga setiap “kegelapan” masalah yang kita hadapi segera diganti dengan cahaya kemudahan oleh Allah SWT.

  1. Aḥmad bin Muḥammad bin al-Mahdī Ibnu ‘Ajībah al-Ḥasanī, al-Baḥr al-Madīd fī Tafsīr al-Qur’ān al-Majīd, tahqiq Ahmad ‘Abdullāh al-Qurasyī Raslān (Kairo: Dr. Hasan ‘Abbās Zakī, 1419 H), juz 3, hlm. 493.
    ↩︎
  2. Muḥammad bin Ismā‘īl bin Ṣalāḥ bin Muḥammad al-Ḥasanī al-Kaḥlānī ash-Shan‘ānī, At-Tanwīr Syarḥ al-Jāmi‘ aṣ-Ṣaghīr, tahqiq Muhammad Isḥāq Muḥammad Ibrāhīm (Riyadh: Maktabah Dār as-Salām, 1432 H), juz 6, hlm. 98.
    ↩︎
  3. Abū Zakariyyā Yaḥyā bin Syaraf an-Nawawī, Al-Adzkār, tahqiq ‘Abd al-Qādir al-Arnā’ūṭ (Beirut: Dār al-Fikr, 1414 H/1994 M), hlm. 122.
    ↩︎
  4. Abū Bakar ‘Utsmān bin Muḥammad asy-Syathā ad-Dimyāṭī, I‘ānat ath-Thālibīn ‘alā Ḥalli Alfāẓ Fatḥ al-Mu‘īn (Beirut: Dār al-Fikr, 1418 H/1997 M), jil. 2, hlm. 164.
    ↩︎
  5. Zakariyā bin Muḥammad bin Aḥmad al-Anshārī, Minḥah al-Bārī bi Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Taḥfat al-Bārī), ed. Sulaimān bin Duraī‘ al-‘Āzimī (Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 1426 H/2005 M), jil. 6, hlm. 111.
    ↩︎
  6. Abū Ḥāmid Muḥammad bin Muḥammad al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn (Beirut: Dār al-Ma‘rifah, t.t.), jil. 4, hlm. 479.
    ↩︎