Apakah Wudhu Wajib 3 Kali?
Made by AI

Apakah Wudhu Wajib 3 Kali? Hukum, Dalil, dan Tata Cara Sesuai Sunnah

Wudhu adalah salah satu syarat sahnya salat dalam Islam. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah wudhu wajib 3 kali?

Artikel ini akan membahas secara mendalam hukum membasuh anggota wudhu 3 kali, apakah wudhu 1 kali, 2 kali sah, serta bagaimana cara wudhu Rasulullah sesuai sunnah. Kami juga akan menjelaskan sunnah membasuh anggota wudhu 3 kali, wudhu kurang dari 3 kali, wudhu lebih dari 3 kali, dan pandangan wudhu menurut mazhab Syafi’i.

Dengan merujuk pada teks asli dari kitab Al-Iqnāʿ fī Ḥall Alfāẓ Abī Shujāʿ, artikel ini akan memberikan penjelasan yang jelas dan terpercaya.

Hukum Membasuh Anggota Wudhu 3 Kali: Wajib atau Sunnah?

Wudhu Tiga Kali: Sunnah, Bukan Wajib

Dalam wudhu menurut mazhab Syafi’i, wudhu tiga kali apakah wajib? Jawabannya adalah tidak. Sunnah membasuh anggota wudhu 3 kali dianjurkan karena mengikuti teladan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun, wudhu sekali basuh atau wudhu dua kali basuh juga sah, selama air mengalir ke seluruh anggota wudhu yang wajib dibasuh. Hal ini didasarkan pada teks berikut dari Al-Iqnāʿ fī Ḥall Alfāẓ Abī Shujāʿ (Juz 1, hal. 50):

(القَوْل فِي التَّثْلِيث فِي الطَّهَارَة) (و) التَّاسِعَة (الطَّهَارَة ثَلَاثًا ثَلَاثًا) وَيَسْتَوِي فِي ذَلِك المغسول والممسوح والتخليل الْمَنْدُوب والمفروض لِلِاتِّبَاعِ رَوَاهُ مُسلم وَغَيره وَإِنَّمَا لم يجب التَّثْلِيث لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تَوَضَّأ مرّة مرّة وَتَوَضَّأ مرَّتَيْنِ مرَّتَيْنِ

Terjemahan:
Pembahasan tentang tiga kali dalam bersuci. Sunnah wudhu kesembilan: Bersuci tiga kali tiga kali, berlaku sama untuk anggota yang dibasuh, disapu, dan menyela-nyela (jari) baik yang sunnah maupun wajib, demi mengikuti (tuntunan Nabi). Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.

Tiga kali ini tidak wajib karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu satu kali satu kali dan dua kali dua kali.

Dalil wudhu 3 kali utama berasal dari hadis berikut:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu tiga kali tiga kali, lalu bersabda: ‘Inilah wudhu, barang siapa menambah atau mengurangi dari ini, maka ia telah berbuat buruk dan zalim.’”
(HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih dalam Al-Majmū‘)

Hadis ini menegaskan bahwa wudhu tiga kali basuh adalah bentuk paling sempurna, tetapi wudhu yang sah berapa kali? Satu kali sudah cukup, asalkan air mencapai seluruh permukaan anggota wudhu yang wajib.

Wudhu Rasulullah: Sekali, Dua Kali, atau Tiga Kali

Cara wudhu Rasulullah menunjukkan fleksibilitas. Hadits tentang wudhu 3 kali mencatat bahwa Rasulullah sering berwudhu tiga kali untuk menegaskan kesempurnaan. Namun, beliau juga mencontohkan wudhu sekali basuh dan wudhu dua kali basuh untuk menunjukkan kebolehan. Wudhu satu kali apakah sah? Ya, sah, selama syarat wudhu terpenuhi, seperti tertib dan air merata di anggota wudhu.

Wudhu Kurang dari 3 Kali: Apakah Sah?

Wudhu Satu Kali atau Dua Kali

Wudhu kurang dari 3 kali tetap sah, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Iqnāʿ:

وَإِنَّمَا لم يجب التَّثْلِيث لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تَوَضَّأ مرّة مرّة وَتَوَضَّأ مرَّتَيْنِ مرَّتَيْنِ

Terjemahan:
Tiga kali ini tidak wajib karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu satu kali satu kali dan dua kali dua kali.

Wudhu satu kali apakah sah? Ya, selama air mengalir merata ke anggota wudhu yang wajib. Hal serupa berlaku untuk wudhu dua kali basuh. Namun, wudhu dan keutamaan tiga kali lebih dianjurkan karena mengikuti teladan Rasulullah yang sempurna.

Pengurangan Tanpa Alasan

Meskipun wudhu kurang dari 3 kali sah, mengurangi basuhan tanpa alasan (misalnya, keterbatasan air) dianggap kurang sempurna. Hadis di atas menyebutkan bahwa mengurangi dari tiga kali tanpa uzur dianggap “berbuat buruk dan zalim” karena menyimpang dari bentuk wudhu yang utama.

Wudhu Lebih dari 3 Kali: Hukum dan Batasannya

Makruh Wudhu Lebih dari 3 Kali

Wudhu lebih dari tiga kali hukumnya dalam mazhab Syafi’i adalah makruh jika dilakukan dengan niat wudhu. Teks Al-Iqnāʿ menjelaskan:

قَالَ ابْن دَقِيق الْعِيد وَمحل الْكَرَاهَة فِي الزِّيَادَة إِذا أَتَى بهَا على قصد نِيَّة الْوضُوء أَي أَو أطلق فَلَو زَاد عَلَيْهَا بنية التبرد أَو مَعَ قطع نِيَّة الْوضُوء عَنْهَا لم يكره

Terjemahan:
Ibnu Daqiq Al-‘Id berkata: “Hukum kemakruhan dalam penambahan adalah jika dilakukan dengan niat wudhu, baik secara eksplisit maupun tidak. Namun, jika penambahan dilakukan dengan niat untuk menyegarkan diri atau tanpa niat wudhu, maka tidak makruh.”

Jadi, makruh wudhu lebih dari 3 kali berlaku jika penambahan dilakukan dengan niat wudhu, tetapi tidak makruh jika untuk tujuan lain, seperti menyegarkan diri.

Wudhu dan Pemborosan Air

Wudhu lebih dari 3 kali menjadi masalah jika menggunakan air wakaf, seperti di masjid atau madrasah. Al-Iqnāʿ menyatakan:

وَقَالَ الزَّرْكَشِيّ يَنْبَغِي أَن يكون مَوضِع الْخلاف فَمَا إِذا تَوَضَّأ مَاء مُبَاح أَو مَمْلُوك لَهُ فَإِن تَوَضَّأ بِمَاء مَوْقُوف على من يتَطَهَّر مِنْهُ أَو يتَوَضَّأ مِنْهُ كالمدارس والربط حرمت عَلَيْهِ الزِّيَادَة بِلَا خلاف لِأَنَّهَا غير مَأْذُون فِيهَا

Terjemahan:
Al-Zarkasyi berkata: “Seharusnya, perbedaan pendapat ini berlaku jika wudhu dilakukan dengan air yang mubah atau milik sendiri. Namun, jika wudhu dilakukan dengan air wakaf yang dikhususkan untuk bersuci atau berwudhu, seperti di madrasah atau pesantren-pesantren, maka penambahan lebih dari tiga kali haram tanpa perbedaan pendapat, karena itu tidak diizinkan.”

Ini menegaskan pentingnya menghindari wudhu dan pemborosan air, terutama dengan air yang bukan milik pribadi.

Batas Maksimal Basuhan Wudhu

Batas maksimal basuhan wudhu adalah tiga kali untuk kesempurnaan. Al-Iqnāʿ mengutip hadis:

لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تَوَضَّأ ثَلَاثًا ثَلَاثًا ثمَّ قَالَ هَكَذَا الْوضُوء فَمن زَاد على هَذَا أَو نقص فقد أَسَاءَ وظلم

Terjemahan:
Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu tiga kali tiga kali, lalu bersabda: “Inilah wudhu, barang siapa menambah atau mengurangi dari ini, maka ia telah berbuat buruk dan zalim.”

Wudhu Menurut Mazhab Syafi’i

Tata Cara Wudhu dalam Mazhab Syafi’i

Wudhu menurut mazhab Syafi’i menekankan tertib dan memastikan air mencapai anggota wudhu yang wajib: wajah, tangan hingga siku, sebagian kepala, dan kaki hingga mata kaki. Wudhu dan tata cara basuhan mencakup:

  • Membasuh anggota wudhu dengan tertib.
  • Menyapu sebagian kepala.
  • Menyela jari tangan dan kaki (sunnah).
  • Mengulang basuhan tiga kali sebagai sunnah.

Al-Iqnāʿ juga menyebutkan:

تَنْبِيه سكت المُصَنّف عَن تثليث القَوْل كالتسمية وَالتَّشَهُّد آخر الْوضُوء مَعَ أَن ذَلِك سنة فقد روى التَّثْلِيث فِي القَوْل فِي التَّشَهُّد أَحْمد وَابْن ماجة

Terjemahan:
Catatan: Pengarang (Imam Abū Shujāʿ) tidak menyebutkan tiga kali dalam ucapan, seperti bismillah dan tasyahud di akhir wudhu, padahal itu sunnah. Telah diriwayatkan tiga kali dalam ucapan tasyahud oleh Ahmad dan Ibnu Majah.

Menyapu Khuf, Jabirah, dan Sorban

Al-Iqnāʿ menyatakan:

قَالَ الزَّرْكَشِيّ وَالظَّاهِر إِلْحَاق الْجَبِيرَة والعمامة إِذا كمل بِالْمَسْحِ عَلَيْهِمَا بالخف وَتكره الزِّيَادَة على الثَّلَاث وَالنَّقْص عَنْهَا إِلَّا لعذر

Terjemahan:
Al-Zarkasyi berkata: “Tampaknya, menyapu jabirah (perban) dan sorban, jika sempurna dengan menyapunya, disamakan dengan khuf, sehingga menambah lebih dari tiga kali atau mengurangi darinya adalah makruh, kecuali jika ada uzur.”

Keutamaan Wudhu Tiga Kali

Wudhu dan keutamaan tiga kali terletak pada kesesuaian dengan teladan Rasulullah. Hadits tentang wudhu 3 kali menegaskan bahwa wudhu tiga kali adalah bentuk paling utama, memberikan pahala tambahan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Referensi Asli

Berikut adalah teks asli lengkap dari Al-Iqnāʿ fī Ḥall Alfāẓ Abī Shujāʿ (Juz 1, hal. 50):

(القَوْل فِي التَّثْلِيث فِي الطَّهَارَة) (و) التَّاسِعَة (الطَّهَارَة ثَلَاثًا ثَلَاثًا) وَيَسْتَوِي فِي ذَلِك المغسول والممسوح والتخليل الْمَنْدُوب والمفروض لِلِاتِّبَاعِ رَوَاهُ مُسلم وَغَيره وَإِنَّمَا لم يجب التَّثْلِيث لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تَوَضَّأ مرّة مرّة وَتَوَضَّأ مرَّتَيْنِ مرَّتَيْنِ تَنْبِيه سكت المُصَنّف عَن تثليث القَوْل كالتسمية وَالتَّشَهُّد آخر الْوضُوء مَعَ أَن ذَلِك سنة فقد روى التَّثْلِيث فِي القَوْل فِي التَّشَهُّد أَحْمد وَابْن ماجة وَصرح بِهِ الرَّوْيَانِيّ وَظَاهر أَن غير التَّشَهُّد مِمَّا فِي مَعْنَاهُ كالتسمية مثله وَسَيَأْتِي إِن شَاءَ الله تَعَالَى أَنه يكره تثليث مسح الْخُف

قَالَ الزَّرْكَشِيّ وَالظَّاهِر إِلْحَاق الْجَبِيرَة والعمامة إِذا كمل بِالْمَسْحِ عَلَيْهِمَا بالخف وَتكره الزِّيَادَة على الثَّلَاث وَالنَّقْص عَنْهَا إِلَّا لعذر كَمَا سَيَأْتِي لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تَوَضَّأ ثَلَاثًا ثَلَاثًا ثمَّ قَالَ هَكَذَا الْوضُوء فَمن زَاد على هَذَا أَو نقص فقد أَسَاءَ وظلم رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَغَيره وَقَالَ فِي الْمَجْمُوع إِنَّه صَحِيح

قَالَ نقلا عَن الْأَصْحَاب وَغَيرهم فَمن زَاد على الثَّلَاث أَو نقص عَنْهَا فقد أَسَاءَ وظلم فِي كل من الزِّيَادَة وَالنَّقْص فَإِن قيل كَيفَ يكون إساءة وظلما وَقد ثَبت أَنه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تَوَضَّأ مرّة مرّة ومرتين مرَّتَيْنِ أُجِيب بِأَن ذَلِك كُله كَانَ لبَيَان الْجَوَاز فَكَانَ فِي ذَلِك الْحَال أفضل لِأَن الْبَيَان فِي حَقه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَاجِب

قَالَ ابْن دَقِيق الْعِيد وَمحل الْكَرَاهَة فِي الزِّيَادَة إِذا أَتَى بهَا على قصد نِيَّة الْوضُوء أَي أَو أطلق فَلَو زَاد عَلَيْهَا بنية التبرد أَو مَعَ قطع نِيَّة الْوضُوء عَنْهَا لم يكره وَقَالَ الزَّرْكَشِيّ يَنْبَغِي أَن يكون مَوضِع الْخلاف فَمَا إِذا تَوَضَّأ مَاء مُبَاح أَو مَمْلُوك لَهُ فَإِن تَوَضَّأ بِمَاء مَوْقُوف على من يتَطَهَّر مِنْهُ أَو يتَوَضَّأ مِنْهُ كالمدارس والربط حرمت عَلَيْهِ 1الزِّيَادَة بِلَا خلاف لِأَنَّهَا غير مَأْذُون فِيهَا انْتهى

Referensi tambahan:

  • Al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadhdhab oleh Imam Nawawi.
  • Hadis riwayat Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah.

Kesimpulan

Apakah wudhu wajib 3 kali? Tidak, wudhu tiga kali adalah sunnah, bukan wajib. Wudhu 1 kali, 2 kali, atau 3 kali semuanya sah, tetapi wudhu tiga kali basuh adalah bentuk paling sempurna sesuai cara wudhu Rasulullah, adapun cara wudhu Nabi dengan sekali basuh, dua kali basuh konteksnya untuk menunjukkan kebolehan.

Wudhu kurang dari 3 kali tetap sah, sementara wudhu lebih dari 3 kali bisa makruh atau haram jika menggunakan air wakaf. Dengan memahami dalil wudhu 3 kali dan hadits tentang wudhu 3 kali, kita dapat menjalankan wudhu sesuai sunnah dengan penuh kesadaran.

  1. Muḥammad ibn Aḥmad al-Khaṭīb ash-Shirbīnī, al-Iqnāʿ fī Ḥall Alfāẓ Abī Shujāʿ, ed. Maktab al-Buḥūth wa ad-Dirāsāt (Beirut: Dār al-Fikr, n.d.), 1:50. ↩︎